Rabu, 09 Mei 2012

Padepokan Nasional Pencak Silat Indonesia


Padepokan berarti sebuah kompleks perumahan dengan areal cukup luas yang disediakan untuk belajar dan mengajar pengetahuan dan keterampilan tertentu. Padepokan yang disediakan untuk belajar dan mengajar pencak Silat dinamakan Padepokan Pencak Silat. Padepokan Nasional Pencak Silat Indonesia, atau disebut juga Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) adalah padepokan berskala nasional dan internasional yang berdiri di atas lahan yang luasnya sekitar 5,2 hektar, yang berlokasi di kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Padepokan yang luas total bangunannya sekitar 8.700 m2, dan luas total selasar-selasarnya sekitar 5.000 m2 ini secara resmi dibuka oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 April 1997.
Gagasan pembangunan padepokan nasional ini awalnya dilontarkan melalui Munas IPSI tahun 1990, melalui beberapa fungsionaris di IPSI. Kemudian gagasan ini  diupayakan agar dapat terwujud, termasuk oleh Bambang Trihatmojo dan Prabowo Subianto beserta rekan-rekan. Agar gagasan ini dapat terwujud, Ibu Tien Soeharto menyumbangkan sebidang tanah yang kemudian menjadi lokasi dimana padepokan ini dibangun. Kemudian untuk melaksanakan pembangunannya, Prabowo Subianto ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana Pembangunan Padepokan. Biaya pembangunannya sekitar Rp 15 miliar. IPSI menerima sumbangan dari donatur dan simpatisan. ”Kalau hanya tenaga dan pikiran IPSI, mewujudkan padepokan seperti mustahil,” kata Eddie Marzuki Nalapraya, Ketua Umum IPSI saat itu.
Padepokan Nasional Pencak Silat Indonesia mempunyai sekurang-kurangnya 5 fungsi, yakni :
  1. Sebagai pusat informasi, pendidikan, penyajian dan promosi berbagai hal yang menyangkut Pencak Silat;
  2. Sebagai pusat berbagai kegiatan yang berhubungan dengan upaya pelestarian, pengembangan, penyebaran dan peningkatan citra Pencak Silat dan nilai-nilainya;
  3. Sebagai sarana untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan masyarakat Pencak Silat Indonesia;
  4. Sebagai sarana untuk mempererat persahabatan diantara masyarakat Pencak Silat di berbagai negara;
  5. Sebagai sarana untuk memasyarakatkan 2 kode etik manusia Pencak Silat, yakni : Prasetya Pesilat Indonesia dan Ikrar Pesilat.

Padepokan Pencak Silat Indonesia sebagai suatu kompleks terdiri dari 9 bangunan, yang masing-masing mempunyai nama sendiri, yakni :
  1. Pendopo Agung.
    Ini adalah tempat yang disediakan untuk menerima dan memberi kehormatan kepada tamu-tamu VIP padepokan.
  2. Pondok PERSILAT.
    Gedung bertingkat 2 ini digunakan untuk kantor Pengurus Pusat PERSILAT pada lantai I, dan untuk pengobatan dan pemijatan secara tradisional pada lantai dasarnya
  3. Pondok IPSI.
    Di gedung bertingkat 2 ini, kantor PB IPSI terletak di lantai I dan kantor Pengda IPSI DKI Jakarta terletak di lantai dasar.
  4. Pondok Pustaka.
    Pada bangunan yang berlantai 3 ini, Perpustakaan dan kantor Pondok Pustaka berada di lantai dasar dan Musium berada di lantai 1 dan 2.
  5. Pondok Gedeh.
    Ini adalah stadion untuk menyelenggarakan pertandingan-pertandingan pencak silat dan berbagai kegiatan lainnya. Stadion ini dapat menampung sekitar 3.000 penonton.
  6. Pondok Serbaguna.
    Ini adalah tempat untuk mengadakan pertemuan, seminar, Munas dll., termasuk pesta perkawinan dan ulang tahun. Pondok ini dapat memuat 750 orang dan disediakan sebagai tempat yang disewakan.
  7. Pondok Penginapan.
    Bangunan berlantai empat ini merupakan penginapan yang disewakan yang mempunyai 96 kamar, diantaranya 40 kamar VIP. Kantor pengelola padepokan terletak di lantai dasar.
  8. Pondok Meditasi.
    Pondok ini terdiri dari 7 gua buatan yang terletak di belakang Pondok Penginapan dan disediakan bagi mereka yang ingin mendapat kekhusyukan dalam bermeditasi untuk memperoleh kesehatan, kebugaran, daya tahan mental dan fisik serta apa yang disebut keperkasaan.
  9. Mushola.
    Ini merupakan tempat bukan saja untuk melakukan sholat tetapi juga untuk ceramah-ceramah Islam. Mushola ini dapat menampung sekitar 100 orang.
Unit-unit kerja yang mengelola Padepokan Pencak Silat Indonesia, yang masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala, terdiri dari : unit pengelola Urusan Rumah Tangga, unit pengelola Pondok Penginapan dan Pondok Serba Guna, unit pengelola Perpustakaan dan Musium (Pondok Pustaka), unit pengelola Pondok Gedeh, unit pengelola Urusan Personalia, unit pengelola Urusan Keuangan, dan Sekretariat. Seluruh unit kerja tersebut dibawahi oleh seorang Kepala Padepokan Pencak Silat Indonesia. Alamat Padepokan Pencak Silat Indonesia adalah : Jl. Taman Mini I Jakarta 13560, telepon / fax : 021-846666 / 021-8416011.


Gerbang Padepokan Pencak Silat Indonesia (PnPSI) - Gambar dari  Wikipedia

Selengkapnya...

Selasa, 08 Mei 2012

Tapak Suci Siap Lahirkan Atlet-Atlet Berprestasi

Berdiri sejak tahun 1912 dan telah menelurkan puluhan atlet silat berprestasi tingkat nasional maupun internasional, Perguruan Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah se-Jawa Tengah kini berada di bawah kepemimpinan Wiwoho Aji Santosa, S.Pd, P.Ma dari Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Sukoharjo.
Dengan kepengurusan yang baru ini, diharapkan perguruan Tapak Suci akan melahirkan atlet-atlet berprestasi. Beberapa atlet Tapak Suci Putera Muhammadiyah yang telah menjadi atlet nasional dan telah berulangkali mewakili Indonesia dalam SEA Games di antaranya adalah Indro Catur, Luthfan Budi Santosa, Alif Al Munanti, Anisa Pangestina dan Roni Syaefullah yang telah enam kali mengikuti SEA Games.
Pada kepemimpinan yang dipilih berdasarkan keputusan tujuh peserta formatur atau anggota kongres pencak silat ini, Wiwoho Aji Santosa, S.Pd, P.Ma mendapat dukungan penuh dari seluruh anggota konggres. “Kita merasa kalau Wiwoho Aji Santosa, S.Pd, P.Ma adalah orang yang paling tepat untuk mengisi posisi kepemimpinan tersebut,” tutur RoniSyaefullah, mantan atlet nasional anggota Tapak Suci Putera Muhammadiyah sekaligus satu dari tujuh anggota konggres atau formatur kepada Joglosemar, Minggu (27/12).
Dalam kepemimpinan periode 2009-2014 kali ini, para formatur yang diwakili oleh Roni berharap agar pemimpin yang baru bisa menjaga sekaligus meningkatkan prestasi Tapak Suci Putera Muhammadiyah.“Perguruan kita adalah penghasil atlet-atlet berprestasi tingkat nasional, dan kita berharap ke depan atau di kepemimpinan ini bisa lebih ditingkatkan lagi,” tutur Roni.
Beberapa program yang diharapkan bisa dijalankan pada kepemimpinan tahun ini diantaranya adalah peningkatan intensifitas program latihan, serta peningkatan kualitas para pelatih silat di perguruan tinggi yang telah berusia sembilan dasa warsa lebih ini. Selengkapnya...

SEJARAH BERDIRINYA TSPM PIMDA 017 SUKOHARJO

Diawali dalam mensikapi situasi pra gestapu oleh PKI ( Partai Komunis Indonesia ) pada tahun 1965,waktu itu Pemuda Muhammadiyah atau Komando Keamanan Angkatan Muda Muhammadiyah ( KOKAM ) membekali diri dengan beladiri ilmu daerah yang dibina oleh ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah yaitu , Bapak Suyadi Siswo Sudarso ( Purnawirawan Sersan Mayor ) untuk kota Sukoharjo dan juga terjadi di sejumlah kecamatan yang ada di Sukoharjo.
Ketika Pimpinan Pusat Muhammadiyah melahirkan Seni Beladiri Khusus atau ciri khusus yang dinamakan Seni Beladiri Tapak Suci Putera Muhammadiyah di Jogjakarta, maka Daerah Kota Sukoharjo segera menyambut berdirinya Tapak Suci Putera Muhammadiyah tersebut. Yang bermula di awali dari Kecamatan Kartasura yang pada waktu itu secara jarak yang ditempuh dengan transportasi ( Kendaraan ) adalah jarak yang paling dekat dengan jogjakarta.
Berdirinya Tapak Suci di Kecamatan Kartasura diawali dengan sebagai unit pelaksana latihan pada tahun 1966 setelah penumpasan G 30 SPKI di seluruh Indonesia , dan selanjutnya berkembang yang secara administratif disebut dengan Cabang Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Sukoharjo,yang berpusat di Kecamatan Kartasura. Kemudian , yang selanjutnya diikuti oleh Kecamatan - kecamatan yang lain,seperti : Kecamatan Kota Sukoharjo,Kecamatan Weru , Kecamatan Mojolaban, Kecamatan Bekonang, Kecamatan Polokarto , Kecamatan Baki dan Kecamatan Nguter.
Untuk di Kecamatan Sukoharjo, Pusat pelaksanaannya atau pusat kegiatannya ( latihan ) adalah di Kompleks Masjid Besar Baiturrahman Sukoharjo pada tahun 1967 setelah unit latihan di Kecamatan Kartasura berdiri.
Pada waktu kegiatan tersebut berjalan , bentuk kegiatan diberbagai Kecamatan masih banyak yang bergabung ke Kota Sukoharjo dikarenakan masih kurangnya tenaga pelatih yang mengampu kegiatan tersebut.Dalam kegiatan pendidikan dan latihan tersebut secara langsung mendatangkan pelatih dari Pimpinan Pusat Tapak Suci , yaitu : Bapak Suharto , Bapak Rustam Jundab , dan kawan - kawan yang dibantu oleh rekan-rekan pelatih dari unit latihan Kecamatan Kartasura yang dipandang telah dewasa , karena telah berlatih dan berdiri lebih dahulu.Sedang yang diangkat sebagai ketua adalah Saudara Yusuf Sunarto.
Pada tahun 1970 ,status cabang Tapak Suci Kota Sukoharjo yang berpusat di Kecamatan Kartasura secara administratif berubah menjadi Komisaris Daerah XVII Tapak Suci Putera Muhammadiyah ( KOMDA XVII TSPM ) Sukoharjo , dan yang diangkat sebagai ketua adalah Saudara Yusuf Sunarto.
Secara administrasi , perkembangan Tapak Suci yang diikuti oleh unit - unit pendidikan dan latihan di tingkat kecamatan ,selanjutnya menjadi cabang pendidikan dan latihan Tapak Suci dan masing - masing di tingkat cabang terus berkembang dan mengalami peningkatan.Sedangkan khusus untuk Kecamatan Polokarto atau Cabang Blimbing dibina langsung dari Pimpinan Pusat Tapak Suci , yaitu oleh Bapak Sujono.
Komisaris Daerah XVII ( KOMDA XVII ) untuk kota Sukoharjo yang berpusat di Kecamatan Kartasura , yang menjabat sebagai ketua adalah Saudara Yusuf Sunarto,hanya sampai dengan tahun 1978 , yang pada waktu itu perkembangan Tapak Suci sudah sangat pesatdan maju.
Pada awal tahun 1979 , Saudara Yusuf Sunarto menyerah terimakan Komisaris Daerah XVII Tapak Suci Putera Muhammadiyah Sukoharjo kepada Saudara Suradi Mardi Sudarso,yang semula Komisaris Daerah XVII Tapak Suci Putera Muhammadiyah Sukoharjo berpusat di Kecamatan Kartasura , berpindah ke Cabang Kota Sukoharjo karena yang diangkat sebagai ketua adalah Saudara Suradi Mardi Sudarso ,sampai akhir tahun 1985.
Secara administrasi , pada akhir tahun 1985 masih berbentuk Komisaris Daerah XVII Tapak Suci Putera Muhammadiyah ( KOMDA XVII TSPM ) Sukoharjo,akhirnya pada awal tahun 1986 berubah bentuk menjadi Pimpinan Daerah XVII Tapak Suci Putera Muhammadiyah Sukoharjo.Sedangkan yang diangkat sebagai ketua adalah Saudara Wiwaha Aji Santosa.
Saudara Wiwaha Aji Santosa , menjabat sebagai ketua Pimpinan Daerah XVII Tapak Suci Putera Muhammadiyah sampai tahun 2009 , karena Saudara Wiwaha Aji Santosa telah terpilih menjadi ketua Pimpinan Wilayah 06 Tapak Suci Putera Muhammadiyah Jawa Tengah ,maka sebagai pengganti di pimpinan Daerah XVII Tapak Suci Putera Muhammadiyah adalah Saudara Wakhid Umar Santosa.

( redaksi dari Bp.Suradi MS , dan jika ada kekeliruan mohon dengan sangat untuk dibenahi.terima kasih )
Selengkapnya...

Jumat, 11 November 2011

Anggaran Dasar Tapak Suci Putera Muhammadiyah

ANGGARAN DASAR TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH


ANGGARAN DASAR
PERGURUAN SENI BELADIRI INDONESIA
TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH

NAMA, SIFAT, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN
1.    Organisasi ini adalah Perguruan Seni Beladiri Indonesia Pencak Silat bernama TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH disingkat TAPAK SUCI.
2.    TAPAK SUCI ber-AQIDAH ISLAM bersumber pada AL-QUR’AN dan As-Sunnah, berjiwa persaudaraan, berada dibawah…..Muhammadiyah sebagai organisasi otonom.
3.     TAPAK SUCI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 10 Dulhijah 1383 Hijriah bertepatan dengan 31 Juli 1963 ….. waktu yang tidak ditentukan.
4.     Pimpinan pusat TAPAK SUCI berkedudukan di Yogyakarta …..

ASAS
TAPAK SUCI Berdasarkan Pancasila
MAKSUD DAN TUJUAN

Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagi yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, TAPAK SUCI menetapkan :
1.      Mendidik dan membina ketangkasan dan ketrampilan Pencak Silat sebagai Seni Beladiri Indonesia
2.      Memelihara kemurnian Pencak Silat sebagai Seni Beladiri Indonesia yang sesuai dan tidak menyimpang dari ajaran Islam, sebagai budaya bangsa yang luhur dan bermoral
3.      Mendidik dan membina anggota untuk menjadi Kader Muhammadiyah
4.      Melalui Seni Beladiri menggembirakan dan mengamalkan Da’wah Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dalam usaha mempertinggi ketahanan Nasional

Struktur Organisasi
Ditingkat Pimpinan Pusat dibentuk Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO)
MPO diangkat dan disahkan oleh Tanwir
Fungsi dan tugas MPO adalah :
1.      Memberikan nasehat kepada pimpinan Organisasi baik diminta maupun tidak
2.      Memberikan pertimbangan dan evaluasi pelaksanaan program organisasi
3.      Menyelesaikan masalah yang terjadi dalam tubuh organisasi yang tidak dapat diselesaikan oleh Pimpinan Pusat TAPAK SUCI

TAPAK SUCI bergerak dalam wilayah Negara Indonesia dan perwakilan di Luar Negeri, dengan tingkatan sbb :
@ Pimpinan Pusat TAPAK SUCI
@ Pimpinan Wilayah TAPAK SUCI
@ Pimpinan Daerah TAPAK SUCI
@ Cabang / Unit TAPAK SUCI


LAMBANG DAN ATRIBUT

Lambang TAPAK SUCI
Bentuk Bulat                       : Bertekad bulat
Berdasar Biru                     : Keagungan
Bertepi Hitam                     : Kekal dan abadi melambangkan sifat ALLAH SWT
Bunga Mawar                     : Keharuman
Warna Merah                     : Keberanian
Daun Kelopak Hijau           : Kesempurnaan
Bunga Melati Putih              : Kesucian
Jumlah Sebelas                   : rukun Islam dan rukun Iman
Tangan Kanan Putih            : Keutamaan
Terbuka                             : Kejujuran
Berjari Rapat                      : Keeratan
Ibu Jari Tertekuk                : Kerendahan Hati
Sinar Matahari Kuning        : Putera Muhammadiyah

Keseluhan lambang tersimpul dengan nama TAPAK SUCI “ Bertekad bulat mengagungkan asma ALLAH SWT yang kekal dan abadi, dengan keberanian menyerbakkan keharuman dengan sempurna, dengan kesucian menuaikan Rukun Islam dan Rukun Iman, serta mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan kerendahan hati.

ATRIBUT
Seragam latihan, celana dan baju warna merah, dengan strip kuning pada leher, lengan dan kaki. Dengan sabuk menurut tingkatannya, siswa sabuk kuning, kader sabuk biru, pendekar sabuk hitam. Untuk putri memakai jilbab hitam.

IKRAR ANGGOTA TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH
Saya Anggota TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH berikrar :
  1. Setia menjalankan ibadah dengan ikhlas karena Allah semata
  2. Mengabdi kepada Allah, bangsa dan negara serta membela keadilan dan kebenaran
  3. Menjauhkan diri dari segala perangai dan tingkah laku yang tercela
  4. Mencari perdamaian dan kasih sayang serta menjauhi perselisihan dan permusuhan
  5. Patuh dan taat pada peraturan-peraturan serta percaya kepada kebijaksanaan pimpinan
  6. Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, Tanpa Iman dan Akhlak saya menjadi lemah

HAK dan KEWAJIBAN siswa TAPAK SUCI
v     Setia kepada Perguruan TAPAK SUCI
v     Taat kepada peraturan-peraturan dan tunduk kepada pimpinan
v     Sanggup menjaga nama baik perguruan TAPAK SUCI serta menjadi tauladan yang utama sebagai muslim
v     Membayar uang pendidikan
v     Mendapat atribut dan pendidikan sesuai dengan tingkatnya


JENJANG PENDIDIKAN
  •  Siswa           Dasar
                        Melati 1
                        Melati 2
                        Melati 3
                        Melati 4
  • Kader           Kader dasar
                        Kader Muda
                        Kader Madya
                        Kader Kepala
                        Kader Utama
  • Jenjang Pembinaan
                        Pendekar Muda
                        Pendekar Madya
                        Pendekar Kepala
                        Pendekar Utama
                        Pendekar Besar



BAB VI
PERMUSYAWARATAN

Pasal 12
MUKTAMAR merupakan musyawarah tertinggi PERGURUAN TAPAK SUCI yang diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali atas undangan Pimpinan Pusat PERGURUAN TAPAK SUCI
Pasal 13
TANWIR merupakan musyawarah tertinggi dibawah muktamar yang diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun sekali atas undangan Pimpinan Pusat TAPAK SUCI
Pasal 14
RAPAT KERJA NASIONAL (RAKERNAS) merupakan musyawarah bidang yang diadakan menurut kebutuhan atas undanganPimpinan Pusat PERGURUAN TAPAK SUCI
Pasal 15
Musyawarah Wilayah adalah musyawarah tertinggi ditingkat wilayah yang diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali atas undangan Pimpinan Wilayah TAPAK SUCI
Pasal 16
Musyawarah daerah adalah musyawarah tertinggi ditingkat daerah yang diadakan setiap 5 (lima) tahun sekali atas undangan Pimpinan Daerah TAPAK SUCI Selengkapnya...

Rabu, 24 Agustus 2011

Manfaat Push Up

1. Mengencangkan Otot.
Dengan rajin Pus Up, maka otot dalam tubuh menjadi kencang dengan begitu, kalau push up dilakukan setiap hari, maka tubuh akan terlihat lebih padat dari sebelumnya.
2. Mencegah Osteoporosis.
Ternyata rajin push up bisa mencegah osteoporosis.
3. Panjang Umur.
Sebuah studi tahun 2008 yang dilakukan oleh para peneliti dari University of Greifswald di Jerman menunjukkan bahwa tingkat testosteron yang rendah dapat meningkatkan risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan bahkan kematian.
Studi yang diikuti peserta selama lebih dari tujuh tahun ini menemukan bahwa orang dengan kadar testosteron rendah 2,5 kali lebih mungkin meninggal dini dibandingkan dengan orang dengan tingkat testosteron lebih tinggi, terlepas dari merokok, konsumsi alkohol atau usia.
4. Menghilangkan Perut Buncit.
Perut bisa buncit bisa diakibatkan makan tidur... makan tidur dan tidak pernah olah raga, dengan rajin push up, maka akan terhindar dari perut yang buncit.

Selengkapnya...

Manfaat Puasa Di Bulan Ramadhan

Puasa wajib ramadhan adalah puasa dengan hukum wajib 'ain yang harus dilakukan oleh setiap orang islam beriman di bulan ramadan yang telah dewasa (akil balig), waras, mampu, merdeka dan tidak dalam safar sesuai dengan perintah langsung dari Allah SWT dalam firmanNya di dalam Kita Suci Al-Qur'an.
Puasa merupakan ibadah wajib yang ada dalam rukun islam dengan menahan lapar dan haus serta hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar di timur hingga terbenam matahari di barat. Orang yang melanggar aturan puasa akan batal puasanya dan wajib mengganti puasanya dengan hari lain di luar romadon.
-----
Firman Allah Mengenai Puasa Ramadhan :
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa"
(Q.S. Al-Baqarah: 183)
"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
(Q.S. Al-Baqarah: 184).
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.”
(Q.S. Al-Baqarah: 185)
-----
Fungsi / tujuan puasa selama satu bulan penuh di bulan suci ramadhan adalah sangat baik, yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Tuhan yang menciptakan kita Allah SWT. Di samping itu juga terdapat banyak sekali guna dan manfaat dari melaksanakan puasa ramadhan yaitu baik untuk jasmani maupun rohani.
Berikut ini adalah beberapa Manfaat dan Hikmah Puasa Ramadhan :
1. Membuat kita lebih taqwa kepada Allah SWT.
2. Mendapatkan pahala yang melimpah ruah.
3. Memberikan efek yang menyehatkan tubuh kita dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
4. Melatih kita untuk menahan nafsu bejat selama hidup di dunia fana.
5. Mendorong kita untuk selalu berbuat kebajikan.
6. Bisa memasukkan kita ke dalam surga jika kita telah mati.
7. Melatih sabar, pengendalian diri, disiplin, jujur, emosi, dll.
8. Mempersempit jalan aliran darah di mana setan berlalu-lalang.
9. Mempererat tali silaturahmi dengan sahur dan buka puasa bersama.
10. Menghilangkan dosa di antara manusia dengan saling maaf-memaafkan di hari lebaran idul fitri kembali ke fitrah manusia.
Berikut ini adalah beberapa Keutamaan Puasa Ramadhan :
1. Orang yang berpuasa ramadhan bisa masuk ke dalam surga ar-raiyan.
2. Puasa bisa menjadi penebus dosa.
3. Orang yang berpuasa akan mendapatkan kegembiraan.
4. Puasa adalah penangkal.
5. Mendapatkan ganjaran dari Allah tanpa hitungan.
6. Bau mulut orang yang melakukan puasa bagi Allah SWT wanginya lebih wangi dari bau kesturi.
7. Puasa dan Al-quran memberikan syafaat.
Puasa hanya wajib bagi orang islam yang beriman kepada Allah SWT. Jika anda tidak beriman, maka anda tidak wajib puasa. Selamat menunaikan ibadah Puasa bagi yang menjalankannya. Semoga pol puasanya dan jangan lupa niat puasa sebelum menjalankan ibadah puasanya :)
Selengkapnya...

Kamis, 16 Juni 2011

menapaki jejak sang jawara

jaware

MENAPAKI JEJAK SANG JAWARA



Di sebagian masyarakat Jawa bagian Barat umumnya dan Banten khususnya, keberadaan jawara memiliki rentetan sejarah yang sangat panjang. Jawara bukanlah sosok penamaan yang baru muncul kemarin sore, keberadaannya ditenggarai telah ada sejak zaman kerajaan Sunda berdiri yang hingga kini masih tetap eksis, bahkan di Banten sendiri sejak abad ke 19 kelompok jawara telah menjadi bagian dari golongan elit masyarakat selain kaum ulama dan pamong praja.
Bagi masyarakat Banten dan sekitarnya, ulama dipandang sebagai tokoh masyarakat yang menjadi sumber kepemimpinan informal terpenting. Masyarakat mematuhi perintah ulama karena memandang kaum ulama sebagai sosok yang disegani. Berbeda dengan kedudukan ulama, pamong praja dan jawara merupakan kelompok sosial yang kedudukannya tidaklah melebihi kedudukan kaum ulama. Namun diantara ketiganya, ulama dan jawara menjadi golongan yang khas di daerah ini. Keduanya diibaratkan bagai dua sisi mata uang, bahkan karena kedekatan emosional diantara keduanya, jawara dianggap sebagai “khodam” nya para ulama. Karena dari para ulamalah sebagian besar “keilmuan” jawara itu berasal. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kalau Taufik Abdullah menyebut Banten, sebagai “negeri para ulama dan jawara”.
Seiring dengan perjalanan waktu, persepsi masyarakat terhadap Jawara memiliki pemahaman yang beragam, mulai dari hal yang positif sampai ke hal yang negatif. Pemahaman masyarakat yang beragam ini tidak terlepas dari sepak terjang sosok Jawara, yang memiliki peranan cukup besar dalam tiga masa perjalanan sejarah di Banten dan Jawa bagian Barat, yaitu masa kerajaan Sunda, kesultanan Banten, dan masa kolonial Belanda. Belakangan, kehidupan jawara dengan character building yang khas itu menciptakan sub kultur kebudayaan baru masyarakat Banten dan sekitarnya, yaitu Subculture of Violence (sub kultur kekerasan). Permasalahan ini muncul ke permukaan akibat terkontaminasinya nilai-nilai kejawaraan sehingga sebagian masyarakat ada yang menilai jawara identik dengan premanisme. Sebagai subkultur kekerasan, jawara memiliki motif-motif tertentu dalam melakukan kekerasan. Merekapun mengembangkan gaya bahasa atau tutur kata yang khas, yang terkesan sangat kasar (sompral) dan penampilan diri yang berbeda dari mayoritas masyarakat. seperti berpakaian hitam dan memakai senjata golok (Atu Karomah, Jawara dan Budaya Kekerasan pada Masyarakat Banten, Tesis S2 UI). Penampilan terakhir inilah yang sebagian besar masyarakat umum diidentikan dengan pencak silat tradisional.
Penafsiran Sejarah Istilah Jawara
Belum adanya pencatatan histographia mengenai awal mula kemunculan istilah jawara di masyarakat Banten dan Jawa bagian Barat, menyulitkan untuk diketahui secara pasti kapan dan dimana penggunaan istilah Jawara ini diberikan kepada seseorang yang memiliki kunggulan fisik dan supranatural, dan cenderung menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan setiap persoalannya. Begitupun halnya dengan istilah jawara itu sendiri. Penyusuran proses kemunculan istilah jawara baru terbatas pada sejarah sosial (budaya tutur) bersifat “stamboom” bukan “geschiedenis” atau “history”, yang secara akademis sukar untuk dipertanggung jawabkan.
Dari stamboom yang ada, sebagian besar masyarakat sepakat untuk menunjuk daerah Banten sebagai tempat dimana istilah ini pertama kali muncul, karena jawara merupakan salah satu entitas masyarakat Banten yang sangat terkenal. Hingga dalam perkembangannya menyebar ke beberapa daerah yang melingkupinya termasuk Betawi, Bekasi-Pantura, Bogor dan Priangan bersamaan dengan dimulainya proyek pembangunan Jalan Raya Pos Deandles (RM. Taufik Djajadiningrat, Sejarah dan Silsilah Ringkas Para Sinuhun Kesultanan Banten, 1995 : 121-122).
Berdasar catatan seorang peneliti sejarah kabupaten Lebak, Miftahul Falah, S.S menguraikan bahwa sejarah sosial masyarakat Banten sendiri memiliki empat penafsiran tentang proses kemunculan istilah jawara.
Penafsiran pertama ketika kerajaan Sunda menggunakan sekelompok masyarakat sebagai perantara atau penghubung antara masyarakat dengan rajanya. Mereka memiliki kewenangan tidak hanya melayani antara raja dan rakyat, tetapi juga membela dan melindunginya. Dalam keseharian mereka memiliki ke khasan dalam berpakaian dan gaya hidupnya, seperti jago dalam menyabung ayam, pandai bermain pencak silat dan memiliki ilmu “kadugalan” yang kebal senjata tajam sebagai kekuatan supranaturalnya. Dalamperkembangan selanjutnya, keterampilan bermain silat dan kekebalan tubuh yang dimilikinya menjadi ciri utama kelompok ini sehingga melahirkan sebutan jawara.
Penafsiran kedua, ketika pada masa Kesultanan Banten dipegang oleh Maulana Hasanuddin. Dalam menghadapi pasukan Pajajaran yang teramat kuat, Sultan membentuk sekelompok orang-orang dalam satu pasukan khusus yang dipimpin oleh Maulana Yusuf. Setiap anggotanya memiliki keunggulan secara lahir dan batin, militan dan mampu mengahncurkan secara cepat menyusup ke pusat pemerintahan Pajajaran di Pakuan. Pasukan khusus tanpa identitas itu diberi nama Tambuhsangkane, yang bergerak dengan tidak mengatas namakan kesultanan Banten. Sifat militan yang dimiliki oleh pasukan khusus ini menumbuhkan sifat pemberani dan kemudian dibina secara terus menerus. Dari merekalah kemudian lahir kaum jawara.
Penafsiran ketiga, F.G. Putman Craemer, Residen Banten (1925-1931), istilah jawara dimulai dengan dibentuknya perkumpulan Orok Lanjang oleh golongan pemuda di Distrik Menes Pandeglang, yang bermakna harfiah sebagai “bayi yang menjelang dewasa”. Perkumpulan kampung ini pada awalnya dibentuk untuk meningkatkan hubungan kekerabatan dalam satu lingkungan, memberikan pertolongan dan pelayanan dalam segala kegiatan termasuk membantu masyarakat dalam penyelenggaraan pesta atau acara kampung. Lambat laun tugas yang diserahkan masyarakat kepada kelompok pemuda ini sebagai penyelenggara acara kampung menjadi satu kewajiban, apabila tidak diundang atau diserahkan sebagai petugas penyelenggara mereka akan mengacau atau bahkan menggagalkan jalannya acara. Pada perkembangannya, kelompok ini berkembang menjadi organisasi tukang pukul yang dikenal dengan sebutan jawara. Mereka menjadi organisasi momok yang menakutkan bagi masyarakat, sampai-sampai aparat praja setempat tidak dapat bertindak tegas kepada mereka.
Penafsiran keempat, istilah jawara muncul ketika terjadi perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda di abad 19 yang digerakkan oleh kaum ulama. Kaum ulama yang umumnya memiliki dua kelompok santri yang dididik berdasar bakat dan kemampuan mereka, dimana kelompok pertama merupakan kaum santri yang memiliki bakat di bidang ilmu agama yang akan menggantikan posisi para ulama nantinya. Mereka dibekali ilmu hikmah selain ilmu agama Islam sebagai ilmu dasarnya . Sedangkan kelompok kedua merupakan kaum santri yang memiliki bakat dan kemampuan di bidang bela diri pencak silat. Kelompok kedua ini dididik dan dibina kekuatan fisiknya dengan ilmu bela diri pencak silat, dan dibekali pula dengan ilmu hikmah namun jauh lebih sedikit porsinya dibanding santri kelompok pertama. Mereka ditugasi untuk melakukan teror terhadap pemerintah kolonial Belanda dan kaki tangannya. Kelompok kedua inilah yang kemudian hari disebut dengan jawara.
Penafsiran kelima, istilah jawara muncul sebagaimana yang diungkapkan RM Taufik Djajadiningrat, tatkala dimulainya pembangunan Jalan Raya Pos Deandles (1808-1811) antara Anyer-Panarukan. Pembangunan jalan yang sangat merugikan rakyat ini menimbulkan pemberontakan dikalangan para pendekar persilatan, dikenal dengan peristiwa Perang Pertama. Dari peristiwa pemberontakan ini memunculkan julukan jawara yang ditujukan kepada mereka.
Pada awalnya istilah jawara memiliki makna sebagai jagoan, dengan pengertian jago dalam menyabung ayam dan bela diri pencak silat. Selain itu, mereka pun memiliki kemampuan untuk mempertontonkan ilmu kekebalan. Kemampuan-kemampuan itu dipergunakan oleh para jawara untuk membela dan menciptakan rasa aman dan ketenangan di lingkungannya. Kemampuan itu mereka miliki karena kedudukannya sebagai pemimpin informal di tengah-tengah masyarakat, baik semasa kerajaan Sunda, kesultanan Banten, maupun pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
Pergeseran makna jawara yang terkontaminasi dengan hal yang negatif terjadi pada abad ke 19 ketika Banten dan sekitarnya diwarnai oleh kekacauan dan perampokan yang tiada tara. Hal ini kemudian oleh pemerintah kolonial Belanda dimanfaatkan untuk membentuk stigma negatif kepada para pejuang dari kalangan pendekar persilatan dan kaum ulama. Stigma negatif ini sengaja diciptakan Belanda dalam upaya memprovokasi masyarakat untuk menganggap mereka sebagai pembuat onar, pengacau, dan perampok. Sehingga mencap semua kaum jawara adalah bandit sehingga perlawanan dalam bentuk gerakan sosial, yang bermaksud melawan penjajahan asing dianggap sebagai onsluten (keonaran), ongergeldheden (pemberontakan), complot (komplotan), woelingen (kekacauan), dan onrust (ketidak amanan). Sejak saat itulah para pendekar persilatan dan ulama yang mengadakan perlawanan dianggap sebagai jawara, yang merupakan akronim dari jalma wani nga-rampog (orang yang berani merampok) atau orang yang beani menipu/pembohong (jalma wani nga-rahul). Konotasi negatif ini terus berkembang sampai abad ke 20, dan hingga kini tidak sedikit masyarakat yang termakan oleh stigma negatif Belanda tersebut.
Seiring dengan perkembangan waktu, Jawara yang merasa citranya terjebak dalam konotasi negatif masyarakat yang diciptakan Belanda, berusaha mengcounter dengan istilah jalma jago nu wani ramah (orang yang jagoan berani dan ramah). Tentu ada pula segelintir jawara yang memiliki perilaku negatif, namun hal ini dapat diselesaikan di dalam internal kelompok “kejawaraan” nya itu sendiri. Umunya dalam suatu organisasi kejawaraan terdapat aturan-aturan yang bersifat konvesional untuk menyelesaikan permasalahan, terutama terhadap jawara yang berperilaku negatif.
Terminologi Jawara, Jagoan, dan Preman
Secara umum jawara memiliki definisi sebagai orang yang memiliki kepandaian bermain silat dan memiliki keterampilan-keterampilan tertentu. Berbeda dengan perampok atau pencuri, mereka adalah figur seorang yang mampu menjaga keselamatan dan keamanan desa, sehingga karenanya masyarakat menghormati keberadaan mereka. Pada umumnya, jawara sangat patuh kepada ulama, karena semangat dalam jiwa mereka diperoleh dari para kaum ulama. Di tanah Betawi sendiri hampir memiliki makna yang sama, namun istilah jawara bagi masyarakat natif Betawi berangkat dari istilah “potong letter” lidah natif Betawi yaitu juware atau juara yang tidak terkalahkan dalam hal bela diri “maenpukulan” atau pencak silat.
Berbeda dengan Jagoan, kata ini berasal dari kata dasar “jago” yang menurut Ridwan Saidi merupakan loanword dari bahasa Portugis Jogo yang artinya “champion” atau juara (Ridwan Saidi, Glosari Betawi: 43). Disisi lain menurut tradisi lisan, jago merupakan istilah yang agak umum bagi golongan “tukang pukul” dan seorang yang suka berkelahi. Jagoan bernada lebih positif ketimbang istilah preman pada masa kini. Jagoan adalah sebutan untuk anggota masyarakat yang berpengaruh dan disegani di kampungnya, orang yang kuat, tukang pukul dan pemberani. Secara hirarki, jagoan dianggap lebih rendah kedudukannya dibanding jawara. Karena sebagaimana seperti yang disebutkan di atas, jawara dapat dikatakan sebagai istilah lain dari pendekar, ksatria yang ditokohkan masyarakat sebagai orang yang suka memberikan perlindungan dan keselamatan secara fisik terhadap masyarakat, juga dianggap sebagai orang yang dituakan atau sesepuh.
Lalu bagaimana dengan preman?. Secara etimologi preman merupakan loanword dari bahasa Belanda, Vrijman yang bermakna “orang bebas” atau dalam bahasa Inggris disebut free man. Dalam Kamus Bahasa Indonesia akan kita temukan paling tidak 3 arti kata preman, yaitu: 1. swasta, partikelir, non pemerintah, bukan tentara, sipil. 2. sebutan orang jahat (yang suka memeras dan melakukan kejahatan) 3. kuli yang bekerja menggarap sawah. Secara umum istilah preman dapat disimpulkan sebagai sebutan pejoratif (kata sandang merendahkan) yang sering digunakan untuk merujuk kepada kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya terutama dari pemerasan kelompok masyarakat lain.
Dari tiga terminologi di atas, hendaknya kita masih dapat membedakan makna, fungsi dan peranan masing-masing dalam masyarakat. Sehingga kita tidak terburu-buru untuk menjustifikasi seseorang berdasar perilakunya. Selengkapnya...

Sabtu, 21 Mei 2011

Penyakit Organisasi

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama. Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur mekanisme pembagian tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar setiap organ/alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan dengan misi, maksud, dan tujuan organisasi.
Menjalankan roda organisasi tentunya akan menemui halangan dan rintangan. Sebuah organisasi yang matang dan berpengalaman, membekali para kadernya dengan cara-cara menghindari, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui. Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan main) yang berguna sebagai pedoman ketika menjalankan program dan kegiatan, dan ketika menyelesaikan konflik. Sehingga, sistem atau peraturan itu dibuat tidak saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk patuh, namun juga menawarkan solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik.
Ada beberapa penyakit dalam organisasi yang apabila penyakit ini berkembang dan meluas akan menjadi penghambat organisasi. Mulanya penyakit-penyakit ini ditunjukkan lewat gejala-gejala yang bisa langsung terdeteksi maupun tidak. Namun apabila penyakit ini sudah mengidap di tubuh organisasi maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada organisasi, bahkan kematian. Penyakit-penyakit ini harus dihindarkan sehingga bisa meminimalisir biaya dan kerugian yang mesti ditanggung apabila penyakit-penyakit ini sudah menular.
Beberapa penyakit di dalam organisasi, yaitu:
1.  Tujuan telah ditetapkan, namun tidak dirumuskan secara jelas dan rinci.
2.  Aturan dan tujuan telah ditetapkan, namun individu masa bodoh/tidak patuh pada aturan.
3.  Pembagian tugas dan wewenang yang tidak tuntas, atau tidak jelas.
4.  Para pengambil keputusan yang tidak memahami aturan dan tujuan organisasi.
5.  Mekanisme pengambilan keputusan yang tidak matang, masih bersifat subyektif.
6.  Perasaan bahwa bidang/divisinya yang paling penting.
7.  Tidak seimbangnya tanggung jawab dg wewenangnya.
8.  Semata-mata bekerja sesuai dengan tugasnya saja tanpa kerjasama antar divisi/bidang.
9.  Merasa pintar alias sok tahu, hanya menjadi penonton
10. Bukannya ikut berpartisipasi dan memberi contoh yang lebih baik, tetapi malah menjadi penonton dan komentator. Selengkapnya...

SEJARAH 10 PERGURUAN HISTORIS IPSI

ipsi.gif
 
Pasca penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Republik Indonesia (dulu masih bernama RIS-Republik Indonesia Serikat) tanggal 27 Desember 1949, pusat Pemerintahan Republik Indonesia berpindah tempat dari Yogykarta kembali ke Jakarta. Sebelumnya, selama empat tahun Yogyakarta pernah menjadi ibukota Republik Indonesia, yaitu resminya sejak 4 Januari 1946 sampai 27 Desember 1949. Perpindahan pusat pemerintahan tersebut diikuti dengan perpindahan kantor kementerian, dan kantor-kantor atau instansi milik pemerintah.
Demikan pula pada tahun 1950 Pengurus Besar IPSI secara de facto juga berpindah tempat dari Yogyakarta ke Jakarta, sekalipun tidak semua anggota pengurus-pengurus Ikatan Pencak Silat Indonesia dapat ikut pindah ke Jakarta. Waktu itu IPSI baru 2 tahun berdiri, yaitu sejak didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, oleh Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia, yang menetapkan Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua PB.IPSI. Saat IPSI berdiri, Republik Indonesia sedang dalam masa perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan memantapkan kedaulatan Republik Indonesia, yang harus ditempuh melalui perjuangan baik secara fisik maupun diplomasi. Kondisi ini juga mengakibatkan IPSI yang masih berusia muda harus mengkonsentrasikan pengabdiannya kepada perjuangan kemerdekaan, sehingga kondisi manajerial dan operasional IPSI kala itu mau tidak mau mengalami penyusutan.

Di sisi lain, Pemerintah Pusat RI kala juga sedang menghadapi pemberontakan Darul Islam dan Tentara Islam Indonesia ( DI/TII ) di beberapa daerah, termasuk di Jawa dan Lampung. Untuk menambah kekuatan dalam melawan DI/TII tersebut, Panglima Teritorium III waktu itu, Kolonel (terakhir Letnan Jenderal) R.A. Kosasih, dibantu Kolonel Hidayat dan Kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia), yang kala itu didirikan untuk menggalang kekuatan jajaran Pencak Silat dalam menghadapi DI/TII yang berkembang di wilayah Lampung, Jawa Barat (termasuk Jakarta), Jawa Tengah bagian Barat termasuk D.I. Yogyakarta.

Setidaknya dalam kondisi tersebut timbulah dualisme dalam pembinaan dan pengendalian Pencak Silat di Indonesia, yaitu Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) dengan konsentrasi lebih banyak dalam hal pembinaan pada aspek Olah Raga, sedangkan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPSI) lebih banyak membina pada aspek seni pertunjukan (ibing Pencak Silat) dan Pencak Silat bela diri untuk melawan DI/TII. Selain dua organisasi, IPSI dan PPSI ini, juga terdapat beberapa organisasi lain seperti Bapensi, yang masing-masing berupaya merebut pengaruh sebagai induk pembinaan pencak silat di Indonesia.

Sementara itu IPSI harus berjuang keras agar pencak silat dapat masuk sebagai acara pertandingan di Pekan Olahraga Nasional. Hal serupa juga dilakukan oleh PPSI yang setiap menjelang PON juga berusaha untuk memasukkan pencak silatnya agar dapat ikut PON. Namun Pemerintah, yang pada tahun 1948 juga ikut berperan mendirikan IPSI, hanya mengenal IPSI sebagai induk organisasi pencak silat di Indonesia.

Kala itu induk organisasi olahraga yang ada adalah KOI (Komite Olimpiade Indonesia) diketuai oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dan PORI (Persatuan Olahraga Republik Indonesia) dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat.Di tahun 1951, PORI melebur kedalam KOI. Tahun 1961 Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan pembentukan tim nasional Indonesia menghadapi Asian Games IV di Jakarta. Kemudian di tahun 1962 Pemerintah untuk pertama kalinya membentuk Departemen Olahraga (Depora) dan mengangkat Maladi sebagai menteri olahraga. Selanjutnya di tahun 1964 Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), yang mana semua organisasi KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.

Pada tanggal 25 Desember 1965, IPSI ikut membentuk Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga, yang kemudian mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan bebas dari pengaruh politik, yang kemudian kelak pada 31 Desember 1966 KONI dibentuk dengan Ketua Umum Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Maka kala itu IPSI juga ikut memegang peranan penting dalam sejarah pembentukan KONI sehingga kelak menjadi induk organisasi olahraga di Indonesia.

Menjelang Kongres IV IPSI tahun 1973 beberapa tokoh Pencak Silat yang ada di Jakarta membantu PB IPSI untuk mencari calon Ketua Umum yang baru, karena kondisi Mr. Wongsonegoro yang pada saat itu sudah tua sekali. Salah satu nama yang berhasil diusulkan adalah Brigjen.TNI Tjokropranolo (terakhir Letjen TNI) yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Sekalipun kelak kemudian pada Kongres IV ini beliau terpilih sebagai Ketua Umum PB IPSI, namun jalan bagi Brigjen.TNI. Tjokropranolo tidaklah semudah yang dibayangkan. Masih banyak tugas dan tanggung jawab  PB IPSI yang kelak harus dihadapi dengan serius. Disamping itu PB IPSI pun perlu merumuskan jati dirinya secara lebih aktif, disamping merumuskan bagaimana mempertahankan eksistensi dan historis IPSI dalam langkah pembangunan nasional.
 
Karena itu kemudian Brigjen.TNI. Tjokropranolo dibantu oleh beberapa Perguruan Pencak Silat yaitu:
  • dari Tapak Suci Bapak Haryadi Mawardi, dibantu Bpk. Tanamas;
  • dari KPS Nusantara Bp. Moch Hadimulyo dibantu Bp. Sumarnohadi, Dr. Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo;
  • dari Kelatnas Perisai Diri Bp. Arnowo Adji HK;
  • dari Phasadja Mataram Bp. KRT Sutardjonegoro;
  • dari Perpi Harimurti Bp. Sukowinadi;
  • dari Perisai Putih Bp.Maramis, Bp. Runtu, Bp. Sutedjo dan Bp. Himantoro;
  • dari Putera Betawi Bp.H. Saali;
  • dari Persaudaraan Setia Hati Bp. Mariyun Sudirohadiprodjo, Bp. Mashadi, Bp. Harsoyo dan Bp.H.M. Zain;
  • dari Persaudaraan Setia Hati Terate Bp. Januarno, Bp. Imam Suyitno dan Bp. Laksma Pamudji.

Salah satu tantangan yang cukup berarti saat itu adalah belum berintegrasinya PPSI ke dalam IPSI. Kemudian atas jasa Bapak Tjokropranolo berhasil diadakan pendekatan kepada 3 (tiga) pimpinan PPSI yang kebetulan satu corps yaitu Corps Polisi Militer. Sejak itu PPSI setuju berintegrasi dengan IPSI, kemudian Sekretariat PB IPSI di Stadion Utama dijadikan juga sebagai Sekretariat PPSI. Pada Kongres IV IPSI itulah kelak kemudian, H. Suhari Sapari, Ketua Harian PPSI datang ke Kongres dan menyatakan bahwa PPSI bergabung ke IPSI.

Kongres IV IPSI tahun 1973 menetapkan Bp. Tjokropranolo sebagai Ketua PB. IPSI menggantikan Mr. Wongsonegoro. Mr. Wongsonegoro telah berjasa mengantarkan IPSI dari era perjuangan kemerdekaan menuju era yang baru, era mengisi kemerdekaan. Saat inilah seolah IPSI berdiri kembali dan lebih berkonsentrasi pada pengabdiannya, setelah sebelumnya melalui masa-masa perang fisik dan diplomasi yang dialami seluruh bangsa Indonesia. Di bawah kepemimpinan Bapak Tjokropranolo ini IPSI semakin mantap berdiri dengan tantangan-tantangan yang baru sesuai perkembangan zaman. Pada Kongres IV IPSI itu pun sepuluh perguruan yang menjadi pemersatu dan pendukung tetap berdirinya IPSI diterima langsung sebagai anggota IPSI Pusat, dan kemudian memantapkan manajemen, memperkuat rentang kendali PB IPSI sampai ke daerah-daerah, dan mempersatukan masyarakat pencak silat dalam satu induk organisasi. Untuk selajutnya Bapak Tjokropranolo menegaskan bahwa 10 (sepuluh) Perguruan Silat tersebutlah yang telah berhasil bukan sekedar menyusun bahkan juga melaksanakan program-program IPSI secara konsisten dan berkesinambungan.

Maka selanjutnya yang dimaksud dengan sepuluh perguruan tersebut adalah:
  1. Tapak Suci,
  2. KPS Nusantara,
  3. Kelatnas Perisai Diri,
  4. Phasadja Mataram,
  5. Perpi Harimurti,
  6. Perisai Putih,
  7. Putera Betawi,
  8. Persaudaraan Setia Hati,
  9. Persaudaraan Setia Hati Terate,
  10. Persatuan Pencak Seluruh Indonesia (PPSI).

Pada waktu kepemimpinan Bapak. H. Eddie M. Nalapraya nama kelompok 10 (sepuluh) Perguruan Silat anggota IPSI Pusat tersebut diubah menjadi 10 (sepuluh) Perguruan Historis, setelah sebelumnya sempat istilahnya disebut sebagai  Top Organisasi, atau Perguruan Induk kemudian menjadi Perguruan Anggota Khusus karena keanggotannya di IPSI Pusat menjadi anggota khusus. Di dalam setiap Munas IPSI maka Perguruan Historis ini selalu menjadi peserta dan memiliki hak suara di dalam Munas.

***
Selengkapnya...

Mengapa digunakan body protector ?

Sudah menjadi kenyataan bahwa Pencak Silat telah dipertandingkan sebagai sebuah cabang olahraga. Pencak Silat diakui dan diterima menjadi sebuah cabang olahraga prestasi karena Pencak Silat dapat ditampilkan sebagai kegiatan pendidikan jasmani dan kompetitif yang aturannya terorganisir. Salah satu ciri dari olahraga yang baik yaitu olahraga tersebut tidak rawan cedera. Melihat hal ini maka diperlukan suatu sistem pertandingan sedemikian rupa sehingga Pencak Silat dapat ditampilkan sebagai olahraga yang menunjang kesehatan jasmani, kompetitif, dan tidak rawan cedera. Salah satu dari implementasi sistem pertandingan olahraga Pencak Silat itu adalah para pesilat yang bertanding wajib memakai pelindung badan (body protector).


Pada masa guru-guru kita dulu, pertandingan Pencak Silat masih menggunakan sistem full-body contact dan tanpa aturan yang ketat. Dalam pertandingan ini tidak mengenal ronde, tidak mengenal batas waktu. Siapa yang tidak dapat melanjutkan pertarungan atau menyerah, dialah yang kalah. Tak jarang jika pertandingan semacam ini akhirnya menimbulkan cedera yang parah bahkan kematian. Hal ini dapat dimaklumi bahwa pada jaman itu orang belum menjadikan Pencak Silat sebagai cabang olahraga yang resmi. Pada jaman itu orang menggunakan Pencak Silat untuk membela diri. Karena itu panggung adu kaweruh bisa digelar secara tertutup ataupun menjadi tontonan orang ramai di pasar, dengan aturan yang sangat sederhana: "tanpa peraturan".

Dari kondisi yang demikian akhirnya lambat laun mendorong kesadaran bahwa selain sebagai seni beladiri, Pencak Silat juga dapat ditampilkan sebagai olahraga yang bisa dipertandingkan dan diperlombakan apabila faktor resiko cedera berat, cacat, atau bahkan kematian, dapat dihindari.

Beberapa uji coba pun dilakukan di berbagai daerah dan pusat. Di tahun 1957 sempat diadakan uji coba pertandingan di Stadion Kalisari, Semarang, dimana pada uji coba ini memang tidak ditemui cedera yang parah. Namun uji coba di tempat lain tidak begitu berhasil, karena disamping peraturan yang masih sangat longgar, para pesilat juga tidak menggunakan pelindung badan sehingga kontak fisik antar pesilat tidak dibatasi.

Jika PON ke-1 tahun 1948 sampai PON ke-VII tahun 1969 Pencak Silat ditampilkan dalam bentuk demonstrasi dan eksibisi, maka sejak tahun 1969 diusahakan agar Pencak Silat dapat tampil di PON sebagai olahraga & pertandingan. Pada tahun 1973, dengan diusulkan oleh 10 Top Organisasi di IPSI, dipersiapkanlah sistem pertandingan dengan menggunakan body protector dan sistem pertandingan yang lebih baik. Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta, Pencak silat untuk pertama kali tampil sebagai cabang olahraga prestasi dan dipertandingkan secara nasional.

Keaslian Tradisi Sabung Terikat TAPAK SUCI
Adapun pada Perguruan TAPAK SUCI, sejak kejuaraan nasional pertama di tahun 1967 memang tidak menggunakan pelindung badan dalam pertandingan olahraga. Tapi sesuai dengan kebutuhan dan penyesuaian jaman, sebagai sebuah olahraga prestasi TAPAK SUCI berketetapan untuk menerapkan penggunaan pelindung badan pada pertandingan olahraga TAPAK SUCI. Apalagi hal ini juga untuk membiasakan atlet beradaptasi dengan penggunaan body protector seperti pada pertandingan di IPSI.
TAPAK SUCI tetap mempertahankan tradisi adu kaweruh, dan mempertahankan kaidah pencak silat dalam hal Sabung Terikat maupun Sabung Bebas. Jika membicarakan pertandingan olahraga maka kita mesti kembali kepada pemahaman bahwa sabung (pertandingan) olahraga bukanlah termasuk kategori Sabung Bebas, melainkan Sabung Terikat.
Jika kita berpijak kepada kaidah sabung terikat, pertandingan olahraga TAPAK SUCI yang asli itu sesungguhnya sudah menerapkan kaidah-kaidah sabung olahraga yang tidak rawan cedera. Dalam kaidah TAPAK SUCI mengenai Sabung Terikat digariskan bahwa setiap pesilat melakukan lontaran paling banyak tiga  lontaran, lalu setelah itu masing-masing pesilat kembali ke titik awal dan bersiap dengan melakukan Sikap Pasang. Apapun jenis lontaran dan hindaranya, apapun pole serang-bela yang diterapkan, jika kita kembali kepada aturan yang demikian maka akan nampak kerapihan dan kesempurnaan teknik sabung dari tiap-tiap pesilat. Kaidah inipun dapat meminimalisir kemungkinan penggunaan tenaga yang tidak terkendali. Masing-masing pesilat tidak lagi melancarkan serangan yang bertubi-tubi, dengan tenaga yang tidak terkendali. Wasit juga akan lebih mudah memberi penilaian dengan seksama. Kiranya inilah jasa para pendahulu TAPAK SUCI yang menitikberatkan aspek kerapihan dan kesempurnaan teknik dalam sabung olahraga. Penampilan pertandingan olahraga Pencak Silat pun dapat lebih dinikmati, bukan lagi sekedar pukulan bertubi-tubi dalam mengejar point atau waktu. Namun sayangnya dalam masa pelatihan para atlet TAPAK SUCI itu terpacu dengan apa yang berlaku umum di gelanggang, atau oleh pertunjukan-pertunjukan pertarungan yang bebas dan keras.

Hal inilah yang mesti dipahami dan dilestarikan oleh para atlet TAPAK SUCI. Sehingga dengan demikian akan tampak kaidah pencak silat khas TAPAK SUCI. Pertandingan olahraga pun dapat tersaji dengan lebih menarik dan tidak rawan cedera,  karena TAPAK SUCI adalah olahraga yang memiliki kaidah dan olahraga yang tidak rawan cedera. (MIR)
Selengkapnya...

Minggu, 20 Maret 2011

Pendekar Tapak Suci....SUKSES....


 Joko Suseno
 

Tingkat:Pendekar Utama
Nomor:P095DGTS04
Tanggal lahir:15-11-1963
Kader Muda:1981
Kader Madya:1985
Kader Utama:1989
Pendekar Muda:1995
Pendekar Madya:1998
Pendekar Kepala:2001
Pendekar Utama:2004
Member Dewan Pendekar:1998
 



Arthur Brenkman


Tingkat: Pendekar Kepala
Nomor:P096DGTS04
Tanggal lahir:10-05-1965
Kader Muda:1985
Kader Madya:1987
Kader Kepala:1989
Kader Utama:1993
Pendekar Muda:1996
Pendekar Kepala:2005
Member Dewan Pendekar:2001
 


Harry Sappe

Tingkat:Pendekar Muda
Nomo:E-01-79-002
Tanggal lahir:13-05-1956
Kader Muda:1980
Kader Kepala:1984
Pendekar Muda:1998
Edgar Dumas



Tingkat:Pendekar Muda
Number:E-01-82-003
Tanggal lahir:07-08-1966
Kader Muda:1988
Kader Madya:1989
Kader Kepala:1995
Kader Utama:2001
Pendekar Muda:2007


Selengkapnya...

Referensi : Pencak Silat

Pencak Silat, atau kadang disebut Pencak saja, atau Silat saja adalah seni bela diri Asia yang berakar dari budaya Melayu, yang secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Filipina Selatan dan Thailand Selatan.
 
Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Sedangkan wadah organisasi pencak silat se-dunia adalah Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa). Persilat dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam sebagai wadah pencak silat di dunia.

Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, (yaitu penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka),  berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lain-lainnya juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri.
 
Ada yang berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu beladiri dari Cina dan India dalam silat. Ini ada benarnya, bahkan bisa jadisesungguhnya tidak hanya itu. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya historis pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu.

Dalam historisasi pencak silat (khususnya yang dirumuskan dan disosialisasikan oleh TAPAK SUCI) dapat disimpulkan bahwa terdapat dua kategori akar aliran pencak silat, yaitu:

   1. Aliran bangsawan
   2. Aliran rakyat

Aliran bangsawan, adalah aliran pencak silat yang dikembangkan oleh kaum bangsawan (kerajaan). Ada kalanya pencak silat ini merupakan alat pertahanan dari suatu negara (kerajaan). Sifat dari pencak silat yang dikembangkan oleh kaum bangsawan umumnya tertutup dan mempertahankan kemurniannya.
 
Aliran rakyat, adalah aliran pencak silat yang dikembangkan oleh kaum selain bangsawan. Aliran ini dibawa oleh para pedagang, ulama, dan kelas masyarakat lainnya. Sifat dari aliran ini umumnya terbuka dan beradaptasi.
 
Bagi setiap suku di Melayu, pencak silat adalah bagian dari sistem pertahanan yang dimiliki oleh setiap suku/kaum. Pada jaman Melayu purba, pencak silat dijadikan sebagai alat pertahanan bagi kaum/suku tertentu untuk menghadapi bahaya dari serangan binatang buas maupun dari serangan suku lainnya. Lalu seiring dengan perjalanan masa pencak silat menjadi bagian dari adat istiadat yang
wajib dipelajari oleh setiap anak laki-laki dari suatu suku/kaum. Hal ini mendorong setiap suku dan kaum untuk memiliki dan mengembangkan silat daerah masing-masing.
 
Sehingga setiap daerah di Melayu umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini legenda bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat.[3] Hal seperti itu juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada. Adapun sesungguhnya kedua tokoh ini benar-benar ada dan bukan legenda semata, dan keduanya hidup pada masa yang sama.

Perkembangan dan penyebaran Silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini.
 
Kala itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Disamping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual Selengkapnya...

Tips Keselamatan Diri Dari Kejahatan / Lingkungan Luar

Berikut ini adalah beberapa tips sederhana dalam keselamatan diri anda. Ingat, pelanggaran --baik itu pelanggaran kejahatan ataupun pelanggaran-pelanggaran lainnya-- dapat terjadi karena ada nya kesempatan.

Kewaspadaan - Awareness:
Perhatikan situasi dan kondisi sekitar anda, buka mata dan buka telinga. Jika anda berada di tempat yang asing buat anda, ketahui segera dimana letak pos keamanan terdekat, ketahui dimana pintu keluar dan pintu masuk, dan rencanakan langkah-langkah penyelamatan diri jika terjadi sesuatu. Utamakanlah keselamatan anda. Ikuti naluri atau firasat anda. Jangan gunakan asumsi anda dalam menilai orang-orang di lingkungan yang asing. Jika perlu pancinglah agar mereka melakukan sesuatu yang bisa anda pastikan, daripada anda berasumsi.
 
Pencegahan lebih baik
Cegah atau hindari segala sesuatu yang memungkinkan mengakibatkan bahaya pada diri anda. Jika anda menemui kejanggalan pada sesuatu, jangan tunda untuk segera melapor kepada petugas keamanan dan mintalah dia untuk menindak lanjutinya. Hindari pula berada di tempat-tempat yang rawan dan berbahaya apabila memang tidak perlu.
 
Gaya hidup
Ubah kebiasaan atau gaya hidup anda agar tidak menjadi risky lifestyle.  Penampilan anda, apa yang anda kenakan, apa yang anda bawa, sebaiknya dibuat sesederhana mungkin dan tidak menarik perhatian pelaku kejahatan.
Selengkapnya...

Arti Lambang

logo.gif

Bentuk bulat : Bertekad Bulat
Berdasar biru : Keagungan
Bertepi hitam : Kekal dan abadi melambangkan sifat ALLAH SWT
Bungan Mawar : Keharuman
Warna Merah : Keberanian
Daun Kelopak hijau : Kesempurnaan
Bunga Melati Putih : Kesucian
Jumlah Sebelas : Rukun Islam dan rukun Iman
Tangan Kanan Putih : Keutamaan
Terbuka : Kejujuran
Berjari Rapat : Keeratan
Ibu jari tertekuk : Kerendahan Hati
Sinar Matahari Kuning : Putera Muhammadiyah

Keseluruhan lambang tersimpul dengan nama
"TAPAK SUCI",
yang mengandung arti:

Bertekad bulat mengagungkan asma ALLAH Subhanahuwata’ala, kekal dan abadi.
Dengan keberanian menyerbakkan keharuman dengan sempurna.
Dengan Kesucian menunaikan Rukun Islam dan Rukun Iman.
Mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan rendah hati.
Selengkapnya...

Mars dan Hymne Tapak Suci

Mars dan Hymne TAPAK SUCI biasanya dinyanyikan pada acara-acara perguruan baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Mars dan Hymne TAPAK SUCI dinyanyikan setelah Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Menyanyikan Mars TAPAK SUCI dapat memacu semangat jika dinyanyikan bersama-sama disela-sela latihan.


logo.gif
Mars TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH


Baju serta celana merah tampaknya gagah
Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Dengan Iman serta Akhlaq
Tapak Suci menjadi kuat

Mengabdi kepada Allah, bangsa, dan negara
Membela keadilan merata
Cinta damai dan kasih sayang
Utamakan persaudaraan

Reff:
Bina olahraga sebagai sarana
Temu krida antar pemuda
Walaupun berbeda namun satu jua
Dibawah panji Islam mulia (2x)

Setia serta patuh menjalankan ibadah
Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Dengan ikhlas serta percaya kepada diri sendiri

Bersama Tapak Suci ku bawa dan amankan
Islam agama Allah nan suci
Dengan iman m'nyinar di dada
Ku sebarkan Islam di dunia

Reff:
Siapkan fisik mu, siapkan mental mu
Bukalah dalam rohani
Panjatkan doa mu, ....Allah Yaa Tuhanku,
berikan kekuatan pada ku

*****

logo.gif
Hymne TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH


Perguruan Tapak Suci tumpuan generasi
Ciptakan insan terpercaya
Berfungsi sebagai da'i dengan olahraga serta beladiri

Majulah, majulah
Tapak Suci Jaya

Perguruan Tapak Suci penarik generasi
Cintai seni beladiri budaya bangsa kita
Dasar landasannya bisa dijalankan

Iman dan akhlaqnya
Memancar di dada Selengkapnya...

Gugus Besar Materi Keilmuwan Ragawi Siswa Tapak Suci

Di dalam Perguruan TAPAK SUCI digunakan satu-satunya bentuk Pencak Silat Aliran TAPAK SUCI, yang metodis, dinamis, bersih dari ilmu syirik dan menyesatkan.

GUGUS BESAR MATERI KEILMUAN RAGAWI SISWA TAPAK SUCI :

I. TRADISI TAPAK SUCI

II. TATA GERAK KAKI

III. HINDARAN
  • Lima Bentuk Hindaran
IV. JURUS DASAR
  • 24 Jurus Dasar

V. KELOMPOK JURUS DASAR
  • 13 Kelompok Jurus Dasar

VI. JURUS PERMAINAN
  • Delapan Jurus Permainan

VII. PERMAINAN SENJATA
  • Pegangan
  • Putaran
  • Jurus Dasar
  • Kelompok Jurus Dasar

VIII. TEKNIK PRAKTIS
  • Segi Praktis Tangan Kosong
  • Segi Praktis Bersenjata

IX. SABUNG TERIKAT

X. SABUNG BEBAS
Selengkapnya...

Doa Pembukaan Dan Penutupan

Doa Pembukaan dan Doa Penutupan dilaksanakan dalam Sikap Duduk Berdoa, dilakukan dengan khidmat dan tertib. Doa Pembukaan dan Doa Penutupan dilaksanakan pada setiap kegiatan pendidikan dan latihan, oleh seluruh anggota

Doa Pembukaan
Audzubillahiminassaitonirojim
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Radhiitubillaahi robba, Wabil Islaami diina,Wabimmuhammadinnabiyya wa rasuula,
Rabbi zidnii 'ilma warzuqni fahma.

Artinya:
 Ya allah lindungilah kami dari godaan setan yang terkutuk
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang,
Saya telah ridla, Allah tuhanku. Dan saya telah ridla Islam menjadi agama saya. Dan saya telah ridla, Muhammad itu adalah seorang Nabi dan Rasul.
Ya Allah, tambahkanlah ilmuku dan pertinggikanlah kecerdasan (faham) ku.



Doa Penutupan
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Allaahumma arinil haqqa haqqan,
Warzuqnit tibaa'ah,
Wa arinil baathila baathilaan,
Warzuqnij tinaabah, Amin
Alhamdulillahirabbil'aalamiin

Artinya:
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyanyang,
Ya Allah, tampakkanlah kepada hamba, bahwa (barang) yang haq (benar) akan tetap benar. Dan anugerahkanlah pada hamba kekuatan untuk mengamalkannya.
Dan tampakkalnlah kepada hamba, bahwa (barang) yang bathil akan tetap bathil. Dan berikanlah hamba kekuatan untuk meninggalkannya. Ya Allah, kabulkanlah permohonan hamba.
Segala puja dan puji hanya bagi Allah, Tuhan seluruh alam.


Setiap insan TAPAK SUCI memahami bahwa segala ilmu dan pengetahuan itu adalah milik Allah SWT, termasuk ilmu dan seni beladiri. Untuk itu bagi insan TAPAK SUCI kegiatan-kegiatan perguruan dipandang sebagai kegiatan yang pada hakikatnya adalah menuntut ilmu dan menambah kecerdasan. Karena itulah pada setiap pembukaan latihan doa pembukaan merupakan permohonan kepada Allah SWT agar dipermudah untuk mempertinggi kecerdasan dan menambah ilmu dengan yang bermanfaat.
Setiap apa yang dimiliki oleh manusia, baik itu berupa ilmu ataupun harta, sesungguhnya tidak akan memberi manfaat apabila tidak didasari oleh kesadaran akan mengenal Allah SWT. Hakikat tertinggi dari mencari ilmu pengetahuan sesungguhnya adalah untuk meingkatkan kemampuan dalam membedakan mana yang haq dan bathil, yang dengan demikian mengantarkan manusia menjadi lebih dekat dalam mengenal Sang Rabb. Bukanlah dikatakan suatu ilmu, melainkan suatu kebodohan, apabila dengan hal itu orang malah menegakkan yang bathil dan membuat jauh dari mengenal Allah. Karena itulah doa penutupan TAPAK SUCI merupakan permohonan kepada Allah SWT agar tampak jelas mana hal yang bathil dan mana yang haq. Wallahualam bishawab.
Selengkapnya...